f

Test Footer 2

Heavy Metal

Selasa, 03 Februari 2009

Lintang

Warung Kopi penyulut Penggapaian Mimpi
Bagaimanakah nasib si genius Lintang? Akankah akhirnya Zaikah Nurmala lumpuh takluk akan cinta Arai? Dapatkah Ikal menemukan permata hatinya, A Ling, yang hilang tak tahu rimbanya? Hal-hal sentimentril yang cujup menerbitkan tanya itu pastilah muncul di benak pembaca tetralogi Laskar Pelangi. Dengan piawai, Andrea yang tak lain adalah si Ikal dalam cerita, membuat pembaca merasakan kehilangan yang sangat saat mengetahui Lintang tak sempat menamatkan bangku SMPnya, meski hasil pengorbanannya sudah di depan mata. Pembaca juga akan tersedu mengharu biru mengetahui cinta buta Arai ditolak mentah-mentah oleh Zaikah si perempuan ‘Saraf Tegang’. Pembaca juga dibuat takjub keitka ikut mengikuti petualangan backpacking nekat yang ditempuh Ikal dalam mencari A Ling, dari mulai pelosok Eropa hingga pedalaman Afrika.
Melalui novel terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi, yang dijanjikan Andrea sebagai pamungkas dari wara-wiri dalam dunia kepenulisan, Andrea seakan menjawab semua pertanyaan yang cukup mengganggu dari novel-novel sebelumnya. Setelah mengikuti keeksotikan peradaban bangsa Eopa, terutama Prancis dan Inggris, dimana Ikal menggapai gelar Master of Sciencenya, pembaca akan segera terlempar kembali menuju Nusantara. Sayangnya, pencapaian akademik yang manis ibarat madu tak jua bias dipraktekan Ikal di kampungnya. Maka, ia bernasib tak beda jauh dengan jutaan lulusan perguruan tinggi di negeri ini; pengangguran paling intelek di Pantai Timur Belitong. Sebagai konsolidasi, Ikal membujuk diri dengan menganggap bahwa ia sedang menikmati rehat setelah sejak kecil membanting tulang demi pendidikan tingginya itu. Sungguh ironis, mas depan yang dulu ia bayangkan akan berakhir gilang-gemilang rupanya jalani dengan mendengarkan ceramah pagi Ibunya tiap hari. Untuk menghindari omelan Ibunya, Ikal kabur ke warung kopi Usah Kau Kemana Lagi. Rupanya, dengan berbaur bersama warga desa lainnya di warung kopi itu, Ikal mulai mengenal lebih dalam kultur Melayu maupun suku-suku terdekat lainnya, seperti Ho Pho, Khek, Hokian, Tongsan, Sawang dan Orang-Orang Bersarung.
Pengamatan Ikal terkesan remeh namun ternyata menunjukkan keidentikan suku tersebut, seperti halnya rasa humor yang berbeda tiap sukunya. Bualan, olokan juga pertaruhan sudah mendarah daging di tiap suku yang mendiami pesisir timur Belitong. Tak ayal, tindak-tanduk Ikal tidak luput untuk dijadikan sebagai objek perjudian kecil-kecilan tapi gila tersebut. Karena tersulut pertaruhan yang menjadikannya objek sekaligus bahan pelecehan, Ikal bertekad untuk mematahkan keraguan yang dilontarkan masyarakat sekitarnya. Dengan berbekal bantuan sahabat Laskar Pelanginya, Ikal bangkit untuk merealisasikan keinginannya untuk membuat perahu yang akan membawanya mengarungi ganasnya badai yang menuju Pulau Bebatuan. Hal itu dilakukannya berdasarkan keyakinan dan sedikit bukti samar bahwa A Ling kemungkinan terdampar di Pulau Bebatuan yang terisolasi. Dengan berbekal ilmu dan kenekatan, akhirnya Ikal dapat menyelesaikan perahunya setelah berbulan-bulan,. Pembaca dapat merasakan euforia kemenangan Ikal ketika perahunya dengan gagah dapat menyentuh bibir laut untuk yang poetama kalinya. Sekali lagi, Andrea meyakinkan pembaca bahwa semustahil apapun, mimpi dapat diraih asal dengan disertai kesungguhan.
Buku Kehidupan
Di novel ini, Andrea tak lagi bercerita mengenai perjuangan heroik penduduk miskin Belitong dalam menghidupkan dapur dan pendidikannya seperti di Laskar Prelangi dan Sang Pemimpi. Andrea tak juga menyuguhkan keeksotikan Eropa dan Afrika seperti di Edensor. Namun, membaca buku ini bagai mendapat asupan gizi lengkap., empat sehat lima sempurna. Hampir seluruh aspek kehidupan dan segala bidang keilmuan Andrea paparkan denagan cerdas. Mulai dari bidang fisika, matematika, ekonomi, geografi, astronomi, sosiologi, antroplogi hingga musik maupun politik. Andrea seringkali mengkritik para pejabat di Indonesia yang hanya menengok rakyat di kala huru-hara pemilihan umum. Ia membandingkan petinggi negeri ini dengan Ketua Karmun, kepala kampung Gantong. Ketua Karmun digambarkan sebagai sosok pejabat sejati yang benar-benar menginginkan kampungnya maju. Berbagai cara dilakukan, seperti penyuluhan KB hingga mendatangkan Dokter Gigi Diaz dari kota untuk menggantikan dukun gigi legendaris, A Put. Namun, rupanya penduduk Melayu tak mudah untuk diajak meninggalkan perdukunan magis ala A Put ke cara medis Dokter Diaz.
Sang Newton asal pesisir Belitong, Lintang kembali bersinar. Berksali-kali ia membantu memecahkan prmasalahan Ikal. Lintang yang tak sempat menamatkan SMPnya mampu menggunguli keilumuan lulusan pascasarjana macam Ikal. Lain pula dengan Mahar, dukun muda nyentrik yang makin tersesat dalam dunia perklenikan. Meski dikucilkan oleh penduduk desanya sendiri, Mahar tetap mendalami dunia dedemit dan hal-hal mistis lainnya. Ia benar-benar berpegang teguh dengan cita-citanya untuk menjadi orang suci macam idolanya, Tuk Bayan Tula, manusia setengah siluman. Keajaiban pikirannya pun teruji ketika ia benar-benar bisa bertemu kembali Tuk Bayan ketika mereka singgah di Pulau Lanun menuju Pulau Bebatuan. Tuk Bayan terperangah terpesona melihat jutaan semut di layar televisi rongsokan yang dibawa Mahar. Teknik lobying jitu agar Tuk mau menjamin keselamatan mereka dari perompak jahat pimpinan Tambok yang mendiami Pulau Bebatuan guna mencari A Ling.
Gaya khas Andrea yang memposisikan dirinya sebagai pencerita sangat terasa keakrabannya karena bahasa Andrea yang seolah-olah sedang curhat kepada pembacanya dengan sebutan ‘Kawan’ , seperti yang terlihat di paragrap ini:
Sedikit berbeda dengan Tancap, aku menghindari dokter sama sekali bukan karena alasan kultural. Tak masalah bagiku membuka mulut di depan orang asing. Tapi aku punya alasan tersendiri, dan Kawan, sebenarnya agak malu kuceritakan padamu. Tapi karena engkau selalu ingin tahu, baiklah.
Kejenakaan Andrea dalam mengolah kata-kata membuat novel yang penuh perenungan ini terkesan tidak sedang menggurui.
Terjebak Cinta
Romaantika cinta dan penggambaran rindu yang sarat akan A Ling rupanya menjebak Andrea dalam nuansa picisan. Dengan dahsyat Andrea melukiskan perasaan cintanya yang tak terperi kepada A Ling. Cinta semasa kecil yang tak lekang pudar dimakan waktu maupun tempat. Namun begitu, pembaca akan merasa jemu membaca’curhatan’Andrea mengenai A Ling. Perasaan personal yang sering didapati di novel-novel metro pop maupun lainnya. Pembaca juga akan merasakan fase dimana alur cerita begitu datar dan membosankan, terlebih ketika membuat perahu layar. Kesulitan dan perjuangan Ikal dalam membuat perahu memakan hingga ratusan lembar.
Judul Maryamah Karpov juga dirasa tidak mewakili keseluruhan isi cerita karena ternyata Mak Cik Maryamah Karpov hanya diceritakan sangat sedikit. Tentu saja pembaca akan bertanya-tanya ada apa dengan Maryamah hinga namanya disematkan menjadi judul novel. Padahal, cerita menenai A Ling sangat mendominasi keseluruhan novel. Selebihnya, meski tidak terlalu inspiratif dibanding ketiga novel lainnya, Maryamah Karpov dapat menjadi referensi bagi yang menginginkan bacaan berbeda namun berisi nan menyegarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar